Profil Desa Wanareja
Ketahui informasi secara rinci Desa Wanareja mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wanareja di Kecamatan Sirampog, Brebes, pusat agraris di lereng Gunung Slamet. Kenali potensi hortikultura, data demografi, tantangan infrastruktur, dan geliat pembangunan wilayah dataran tinggi ini.
-
Lokasi Strategis di Dataran Tinggi
Berada di ketinggian 1.000 hingga 1.600 mdpl di lereng barat Gunung Slamet, menjadikan Desa Wanareja memiliki iklim sejuk yang ideal untuk pertanian hortikultura
-
Pusat Pertanian Sayuran
Desa ini merupakan salah satu lumbung sayuran utama di Kabupaten Brebes, dengan komoditas unggulan seperti kentang, kubis, dan wortel yang menopang perekonomian mayoritas warganya
-
Tantangan Infrastruktur dan Konektivitas
Meskipun kaya akan potensi, Desa Wanareja menghadapi tantangan nyata dalam hal infrastruktur, terutama konektivitas antarwilayah yang krusial bagi distribusi hasil bumi dan aktivitas warga
Terletak di punggung barat Gunung Slamet yang megah, Desa Wanareja, bagian dari Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memantapkan posisinya sebagai salah satu sentra pertanian hortikultura terpenting di wilayah selatan Brebes. Berada di dataran tinggi dengan udara yang sejuk, desa ini tidak hanya menjadi rumah bagi ribuan jiwa, tetapi juga sumber penghidupan yang subur melalui budidaya aneka sayuran. Dengan potensi agraris yang besar, Wanareja terus bergerak maju menghadapi tantangan zaman, terutama dalam aspek pembangunan infrastruktur dan pengembangan ekonomi lokal.
Profil ini mengulas secara mendalam kondisi geografis, demografi, potensi ekonomi, hingga dinamika pemerintahan dan pembangunan di Desa Wanareja, berdasarkan data teraktual dari lembaga resmi dan liputan jurnalistik.
Geografi dan Demografi
Desa Wanareja secara geografis terletak pada koordinat 7°15′3″ Lintang Selatan dan 109°5′33″ Bujur Timur. Wilayahnya membentang di ketinggian antara 1.000 hingga 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikannya salah satu desa tertinggi di Kecamatan Sirampog. Kondisi topografi ini menganugerahkan iklim sejuk dengan tanah vulkanik yang subur, sebuah modal alam yang luar biasa untuk pengembangan sektor pertanian.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan publikasi monografi desa, luas wilayah Desa Wanareja mencapai 525,66 Hektare atau sekitar 5,26 km². Wilayah ini sebagian besar merupakan lahan bukan sawah (520,52 Ha), yang dimanfaatkan sebagai ladang, kebun sayur dan permukiman, dengan sebagian kecil sisanya merupakan lahan persawahan (5,14 Ha).
Secara administratif, Desa Wanareja berbatasan langsung dengan beberapa desa lain. Berdasarkan Peraturan Bupati Brebes Nomor 46 Tahun 2020, Wanareja memiliki irisan batas dengan Desa Plompong dan Desa Adisana (Kecamatan Bumiayu) di sisi barat. Sementara di sebelah selatan, desa ini berbatasan dengan wilayah Kecamatan Paguyangan, yakni Desa Cilibur. Di sisi timur, bentang alamnya bersebelahan langsung dengan kawasan lereng Gunung Slamet dan kemungkinan berbatasan dengan Desa Dawuhan, serta di utara dengan desa lain di Kecamatan Sirampog.
Menurut data kependudukan BPS Kabupaten Brebes tahun 2023, jumlah penduduk Desa Wanareja tercatat sebanyak 3.606 jiwa, yang terdiri dari 1.829 penduduk laki-laki dan 1.777 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduk Desa Wanareja ialah sekitar 686 jiwa per kilometer persegi. Pusat pemerintahan dan kegiatan masyarakat terpusat di Dukuh Gronggongan, yang menjadi lokasi kantor kepala desa.
Nadi Perekonomian dari Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan tulang punggung utama dan nadi perekonomian bagi mayoritas masyarakat Desa Wanareja. Lahan subur yang terhampar luas dimanfaatkan secara intensif untuk membudidayakan berbagai komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Produk unggulan dari desa ini meliputi kentang, kubis, wortel, buncis, jagung, dan aneka jenis cabai. Hasil panen dari Wanareja tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal di Brebes, tetapi juga didistribusikan ke berbagai kota besar di sekitarnya.
Aktivitas pertanian ini menjadi mata pencaharian utama yang diwariskan secara turun-temurun. Para petani di Wanareja dikenal memiliki etos kerja yang tinggi dalam mengolah lahan mereka, meskipun kerap dihadapkan pada tantangan fluktuasi harga komoditas dan kondisi cuaca.
Di luar pertanian konvensional, mulai muncul geliat inovasi di tingkat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebagai contoh, terdapat inisiatif dari kelompok masyarakat yang didukung oleh akademisi untuk mengolah jagung, salah satu hasil kebun, menjadi produk turunan seperti susu jagung. Upaya diversifikasi produk ini menunjukkan adanya kesadaran untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dan membuka peluang ekonomi baru bagi warga desa.
Tantangan dan Pembangunan Infrastruktur
Di balik potensinya yang besar, Desa Wanareja menghadapi tantangan signifikan dalam hal infrastruktur, khususnya yang menyangkut konektivitas. Kondisi geografis yang berbukit menuntut ketersediaan infrastruktur jalan dan jembatan yang andal untuk kelancaran transportasi orang dan barang. Sebuah peristiwa yang menyoroti kerentanan ini terjadi pada Oktober 2022.
Sebuah jembatan vital di Dukuh Cigedong, yang menjadi akses utama penghubung antara Desa Wanareja dengan Desa Plompong, ambrol akibat konstruksi yang telah usang. Jembatan yang dibangun sekitar tahun 1997 itu merupakan jalur krusial bagi aktivitas ekonomi warga dan akses pendidikan bagi anak-anak yang bersekolah di SMP dan SMK di Desa Plompong.
"Tanpa jembatan maka warga Desa Wanareja dan anak-anak sekolah harus memutar jarak berpuluh-puluh kilometer," ungkap Peltu Edi Susianto dari Koramil 10/Sirampog saat itu, menggambarkan dampak serius dari putusnya akses tersebut. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya peremajaan dan penguatan infrastruktur di wilayah pedesaan yang memiliki medan sulit.
Meskipun demikian, pemerintah desa dan kabupaten terus berupaya melakukan pembangunan. Salah satu program yang telah berjalan yakni Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), yang bertujuan memberikan kepastian hukum atas tanah bagi masyarakat. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan desa juga terus diupayakan sesuai dengan skala prioritas dan ketersediaan anggaran.
Pemerintahan dan Sosial Kemasyarakatan
Roda pemerintahan di Desa Wanareja berjalan di bawah kepemimpinan Kepala Desa Tolibin. Bersama jajaran perangkat desa, Pemerintah Desa Wanareja bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pada akhir tahun 2022, desa ini melaksanakan penjaringan untuk mengisi beberapa posisi perangkat desa, termasuk Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan, Kasi Pelayanan, dan Kepala Dusun (Kadus) III, yang menunjukkan adanya dinamika dan regenerasi dalam struktur pemerintahan desa.
Secara hierarkis, Desa Wanareja berada di bawah koordinasi Kecamatan Sirampog yang dipimpin oleh Camat Slamet Budi Raharjo, S.IP. Sinergi antara pemerintah desa dan kecamatan menjadi kunci dalam merumuskan dan mengeksekusi program-program pembangunan yang selaras dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Brebes.
Kehidupan sosial masyarakatnya masih sangat kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong, yang tercermin dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Organisasi seperti PKK, karang taruna, dan kelompok tani menjadi wadah bagi partisipasi warga dalam pembangunan desa.
Potensi Tersembunyi Sektor Pariwisata
Selain kekayaan agraris, Desa Wanareja menyimpan potensi pariwisata alam yang belum tergarap secara optimal. Berada di lereng gunung, desa ini dianugerahi pemandangan alam yang memesona, udara yang sejuk dan bersih, serta suasana pedesaan yang asri. Beberapa lokasi, seperti Bukit Waru Doyong, disebut-sebut memiliki daya tarik visual yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Namun potensi ini masih menjadi "permata tersembunyi". Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang tidak sedikit, mulai dari pembangunan aksesibilitas, penyediaan fasilitas pendukung, hingga promosi yang efektif. Keterlibatan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan pemerintah desa menjadi syarat mutlak untuk mengubah potensi tersebut menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat. Jika dikelola dengan baik, ekowisata berbasis pertanian (agrowisata) dapat menjadi pilihan pengembangan yang menjanjikan bagi Desa Wanareja.
Sebagai penutup, Desa Wanareja merupakan representasi wilayah agraris di dataran tinggi yang kaya akan sumber daya alam namun dihadapkan pada tantangan infrastruktur yang nyata. Kekuatan utamanya terletak pada kesuburan tanah dan sumber daya manusia yang ulet di bidang pertanian. Dengan tata kelola pemerintahan yang terus berbenah dan visi pengembangan yang jelas, terutama dalam penguatan konektivitas dan penjajakan potensi pariwisata, Desa Wanareja memiliki peluang besar untuk menjadi desa yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera di masa depan.
